ABSTRAK
Xilanase merupakan
kelompok enziim ekstraseluler yang memiliki kemampuan menghidrolisis xilan menjadi xilosa. Kestabilan
enzim dipengaruhi kondisi lingkungan. Enzim dikatakan stabil bila aktivitas
sisa lebih dari 50% dari aktivitas enzim awal.
Xilanase diamobilisasi dengan metode penjebakan menggunakan matriks
kitosan-natrium tripolifosfat dan disimpan
pada variasi suhu 30,40,50,60,70 (°C) dan variasi lama penyimpanan
0,1,2,3,4,5,6,7
(hari). Aktivitas enzim
dapat ditentukan dengan menghitung gula pereduksi yang dihasilkan dari
hidrolisis xilan oleh sejumlah enzim per menit (µg.g-1.menit-1). Gula pereduksi
yang dihasilkan dianalisis menggunakan reagen DNS dan ditentukan dengan metode
spektrofotometri. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kestabilan tertinggi dari
enzim xilanase berada pada suhu penyimpanan 50 °C. Enzim xilanase amobil,
stabil hingga hari ke-7 dengan aktivitas sisa 50,81%. Semakin lama waktu
penyimpanan maka aktivitas xilanase semakin menurun. Pada efisiensi xilanase
amobil menggunakan kitosan-natrium tripolifosfat dapat digunakan sebanyak lima
kali pengulangan dengan aktivitas sebanyak 16,462 unit dan efisiensi sebesar
50,19%.
PENDAHULUAN
Enzim xilanase dalam
perkembangannya banyak dimanfaatkan dalam bidang industri, seperti pro
ses bio bleaching pada
industri pulp, pembuatan gula xilosa, produksi makanan dan minuman dan produksi makanan ternak. Jenis mikroorganisme
yang menghasilkan xilanase ialah dari golongan kapang dan bakteri. Enzim yang
dihasilkan oleh golongan bakteri memiliki ketahanan pada suhu yang lebih tinggi
dibanding kapang, namun aktivitas xilanase dari golongan kapang jauh lebih
tinggi daripada bakteri. Pada proses dan analisa yang melibatkan enzim, umumnya
enzim hanya digunakan sekali pakai, karena secara teknis sangat sulit untuk
memisahkan enzim dan produk serta kesulitan mendapatkan kembali enzim yang
aktif diakhir reaksi. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal
ini adalah dengan amobilisasi enzim. Amobilisasi enzim adalah suatu teknik dimana enzim ditempatkan pada suatu matriks
sehingga dapat menjaga aktivitaskatalitik enzim tersebut
Kitosan dapat
digunakan sebagai matriks karena mempunyai dua gugus aktif, yaitu gugus amino
(-NH) dan hidroksil (-OH), kitosan
dengan adanya gugus aktif ini
memungkinkan terjadi interaksi dengan
enzim baik secara adsorpsi
maupun penjebakan.Kitosan sebagai
media amobilisasi enzim dapat diubah strukturnya oleh adanya senyawa pengikat
silang. Salah satu agen pengikat silang adalah natrium tripolifosfat. Dengan penambahan natrium
tripolifosfat, ukuran pori dan porositas kitosan dapat berubah sehingga akan
mempengaruhi jumlah enzim yang tertahan pada matriks. Pada penelitian ini dipelajari lebih lanjut mengenai pengaruh suhu dan lama
penyimpanan terhadap kestabilan aktivitas xilanase yang diamobilisasi pada
kitosan-natrium tripolifosfat.
METODA
PENELITIAN
Bahan
dan Alat
Bahan-bahan yang
digunakan antara lain kultur murni Trichoderma viride
Na2HPO4, (HOCH2)3CNH2, KH2PO4,
CaCl2, (NH4)2SO4, MgSO4.7HO, DNS, NaOH 10%,
NaKC4O6H4, CuSO4.5H2O,
Na5P3O10 3%, CH32COOH 100% (Bj : 1,05 g/ml),CH3COONa
(BM:82,02 g/mol) dan (C6H11NO4 )n 3%, serta bahan lainnya adalah kulit pisang dan akuades.
Peralatan yang
digunakan antara lain seperangkat alat gelas, inkubator (HeraeusType B 5042),
magnetic stirrer, penangas air (Memmert W 200), neraca analitik (Mettler
Toledo AL 204), neraca analitik (Bosch PE 620), jarum ose, pH meter
(Inolab WTW), spektrofotometer Uv-Vis (Shimadzu Model 160A double
beam), kuvet, oven (Memmert), shaker (Edmund Buhler SM 25 24B),
autoklav (All American Model 20X), sentrifuse dingin (Juan MR 1889),
laminal flow, refrigerator, pemanas listrik (Janke-Kunkel), ayakan 40
mesh, aluminium foil, kapas steril, dan bunsen,
kertas saring Whatman No.
40, syringe.
Prosedur
Produksi
dan isolasi ekstrak kasar xilanase
Produksi dan isolasi
ekstrak kasar xilanase dilakukan dengan pembuatan larutan inokulum terlebih
dahulu dengan cara kultur murni Trichoderma viride dibiakkan ke dalam media
padat Potatoes Dextrose Agar (PDA) miring selama 144 jam (6 hari). Lalu disuspensikan
dengan 1 mL aquades steril, dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL yang berisi
100 mL media cair steril dan diinkubasi dengan menggunakan shaker sampai jam
ke-36 (pertengahan fase logarima). Selanjutnya, dilakukan produksi dan isolasi
xilanase dengan cara 25 gram serbuk kulit pisang dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
250 mL yang telah berisi 65mL media cair dan disterilkan dengan autoklaf (T=121oC,
P=15 psi) selama 15 menit. Setelah itu, ditambahkan larutan inokulum sebanyak
10 mL dan diinkubasi sampai jam ke-60 dengan menggunakan shaker (Edmund
Buhler SM 25 24B) pada kecepatan 100 rpm. Kemudian ditambahkan 30 mL
larutan buffer asetat pH 5 dan dilanjutkan dengan proses sentrifugasi dingin
selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm, sehingga diperoleh ekstrak kasar xilanase.
Amobilisasi
xilanase dengan kitosan-natrium tripolifosfat
Amobilisasi enzim
dilakukan dengan cara mencampurkan 20 ml
ekstrak kasar xilanase dengan 80 mL kitosan yang telah dipreparasi. Larutan campuran
masing-masing dimasukkan
ke dalam syringe dan ditekan sehingga campuran menetes ke dalam
wadah berisi 100-200
mL larutan natrium
tripolifosfat 3%. Manik-manik yang
terbentuk dibiarkan terendam
dalam larutan natrium
tripolifosfat 3% selama
75 menit. Enzim
amobil dengan larutan
dipisahkan melalui
penyaringan menggunakan kertas saring Whatman No. 40. Filtrat yang
didapat diuji kadar
protein sisanya dan xilanase amobil yang didapat diuji aktivitasnya dan
dilanjutkan untuk
penentuan kestabilan aktivitas enzim amobil berdasarkan pengaruh suhu
dan lama penyimpanan.
Penentuan
kestabilan aktivitas enzim amobil berdasarkan pengaruh suhu dan lama
penyimpanan
Xilanase hasil amobil
ditimbang sebanyak 0,3 g dan dipindahkan ke dalam tabung reaksi
ukuran 5 mL dan di
tutup dengan alumunium foil. Kemudian tabung raksi diinkubasi di dalam
oven dengan variasi
suhu 30, 40, 50, 60, dan 70oC. Pada lama
penyimpanan 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6
dan 7 hari, enzim di
uji aktivitasnya dengan menambahkan substrat xilan sebanyak 1 mL,
buffer asetat pH 5
sebanyak 5 mL, aquades 1 mL, diinkubasi pada suhu 60oC
selama 50 menit, kemudian ditambahkan 2 mL reagen DNS, dimasukkan ke dalam
penangas air
mendidih selama 15
menit didinginkan dan dipindahkan ke dalam labu ukur 25 mL dan
ditambahkan aquades
sampai tanda batas. Sampel dapat diukur kadar gula pereduksinya
dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis.
Penentuan
Aktivitas Enzim Sisa Xilanase
Aktivitas enzim sisa
xilanase ditentukan dengan cara mencari persentase hasil bagi
aktivitas enzim
setelah perlakuan dan sebelum perlakuan, yaitu sebagai berikut :
% Aktivitas Sisa
= x 100%
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Produksi
dan Isolasi Ekstrak Kasar Xilanase
Xilanase merupakan
enzim ekstraseluler yang dapat menghidrolisis xilan menjadi xilosa.
Xilanase termasuk
dalam golongan enzim induktif, dalam pembentukannya dibutuhkan
adanya rangsangan
dari substrat (induser). Proses produksi xilanase ini dilakukan pada fasa
awal stasioner yang
merupakan fasa petumbuhan sel yang paling banyak. Pada saat isolasi
xilanase, ditambahkan
larutan buffer asetat pH 5 yang berfungsi untuk menjaga kestabilan
xilanase dan dapat
melarutkan enzim xilanase. Xilanase adalah enzim ekstraseluler, sehingga
tidak perlu dilakukan
pemecahan sel untuk memperoleh enzimnya. Oleh karena itu, dilakukan
proses sentrifugasi
untuk mengendapkan sisa-sisa komponen selain enzim.
Pengaruh
Suhu dan Lama Penyimpanan terhadap Kestabilan Xilanase yang
diamobilisasi
dalam Kitosan-Natrium Tripolifosfat
Keuntungan metode
amobilisasi yaitu enzim bersifat stabil karena dapat digunakan
berulang kali, serta
dapat meningkatkan stabilitas. Kestabilan xilanase dipengaruhi oleh
beberapa faktor,
diantaranya pengaruh pH, waktu inkubasi, pengaruh suhu dan enzim
protease. Suhu berpengaruh terhadap kestabilan
xilanase. Pada Gambar 1 terlihat bahwa aktivitas enzim pada penyimpanan 50 oC
mempunyai aktivitas yang paling tinggi, dikarenakan pada suhu
50 °C enzim xilanase tidak terdegradasi oleh protease yang dihasilkan pada saat
enzim xilanase disintesis oleh Trichoderma viride. Protease
merupakan enzim yang bekerja sebagai katalis dalam reaksi pemecahan molekul
protein dengan cara hidrolisis, disebut juga enzim proteolitik.
Sedangkan pada suhu 70 o C
xilanase memiliki aktivitas enzim yang paling
rendah dikarenakan pada suhu 70 o C xilanase sudah mengalami denaturasi.
Kestabilan enzim xilanase
dapat dilihat dari aktivitas enzim sisa dimana enzim
dikatakan stabil bila
aktivitas enzim sisanya lebih dari
50% dari aktivitas
awal enzim.
Lama penyimpanan
berpengaruh terhadap kestabilan
xilanase. Semakin lama waktu
penyimpanan maka aktivitas
xilanase semakin menurun. Pada suhu
50 0
C enzim
xilanase
amobil stabil sampai hari ke-7 dengan aktivitas sisa
50,81%. Pada suhu 70 C stabil sampai hari ke-4 dengan aktivitas enzim sisa
57,22% dan 53,00%. Pada pada suhu 30 0 C xilanase.
amobil stabil sampai
hari ke-5 dengan aktivitas enzim sisa
52,26%, sedangkan pada
suhu 40
dan 60 0 C xilanase amobil stabil sampai hari ke-6 dengan aktivitas
enzim sisa
berturut-turut 58,10;
dan 54,89%.
KESIMPULAN
Lama penyimpanan dan
suhu berpengaruh terhadap kestabilan xilanase. Semakin lama waktu
penyimpanan maka aktivitas
xilanase semakin menurun. Pada suhu 50 C enzim xilanase amobil stabil
sampai hari ke-7 dengan aktivitas sisa 50,81 5%.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Richana
N., 2002, Produksi dan Prospek Enzim Xilanase dalam Pengembangan
Bioindustri di
Indonesia, Buletin Agrobio 5 (1) 29-35.
2. Budiman A., dan
Setiawan S., 2010, Pengaruh
Konsentrasi Substrat, Lama Inkubasi
dan pH dalam Proses
Isolasi Enzim Xilanase dengan Menggunakan Media Jerami
Padi, http://www.undip.ac.id/journal/albar-substrat.pdf,
diakses tanggal 25 september
2013.
3. Sarah A., 2001,
Immobilization and Stabilization of Papain on Chelating Sepharose,
Electronic
Journal Biotechology,
Catolica de Velparaaiso Chile.
4. Chibata I., 1978,
Immobilized Enzyme, Research and Development, John Wiley and
Sons Inc, New York.
5. Esawy, M. A.,
Mahmoud D. A. R. dan Fattah A. F. A., 2008, Immobilisation of
Bacillus
subtilis NRC33a Levansucrase and
Some Studies on Its Properties, Brazilian
Journal
of Chemical Engineering, No. 2, Vol. 25, 237-246.
6. Krajewska B.,
2004, Application of Chitin and Chitosan Based
Materials for Enzyme
Immobilizations: A
Review, Enzyme and Microbial Technology, Vol. 35 ,126-139.
7. Aral C. dan Akugba
J., 1998, Alternative Approach to The Preparation of Chitosan
Beads, International
of Journal Pharmaceutics, Vol. 168, 9-15.
8. Fwu L. M., Shin S.
S., Chin T. C., dan Juin Y.
L., 2002, Adsorption of
Indomethacin
onto Chemically
Modified Chitosan, Polymer, Vol. 43, 757-765.
Refrensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar