1. Bagaimana implikasi dari pendekatan totalitas?
Jawab : Implikasi dari pendekatan
totalitas adalah perusahaan menempuh strategi penjualan maksimum (maximum
selling). Sebab makin besar penjualan makin besar laba yang diperoleh. Hanya
saja sebelum mengambil keputusan, perusahaan harus menghitung berapa unit output
harus diproduksi (Q*) untuk meneapai titik impas. Kemudian besarnya Q*
dibandingkan dengan potensi permintaan efektif. Jika persentasenya 80%, maka
untuk meneapai BEP perusahaan harus menjangkau 80% potensi perrnintaan efektif.
Makin kecil Q* dan atau makin kecil persentase Q* terhadap potensi permintaan
efektif dianggap makin baik, sebab risiko yang ditanggung perusahaan makin
kecil.
2. Berikan salah satu contoh kasus dari materi “memaksimumkan
laba”
Jawab :
Contoh Kasus:
Emilia
adalah seorang dosen di kata Jambi. Sebagai seorang ibu rumah tangga yang
kreatH, dia merencanakan menambah penghasilan keluarga dengan menjual jajanan
anak-anak berupa permen coklat hasil olahannya sendiri. Produknya dipasarkan ke
beberapa sekolah dasar yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Jumlah permintaan
potensial (dilihat dari jumlah murid yang diberi uang jajan) adalah 1.000 orang
per hari. Untuk mewujudkan rencananya, dia hams membeli alat-alat produksi dan
mesin cetak sederhana seharga Rp5 juta. Biaya produksi per biji permen coklat
Rp250,00. Harga jual per biji Rp500,00.
Apakah
rencana di atas layak dilaksanakan? Untuk menjawabnya, kita dapat menggunakan
rumus dalam Persamaan (7.4).
Biaya
pembelian alat produksi dan mesin cetak sederhana adalah biaya tetap (FC),
karena besarnya tidak tergantung jumlah produksi. Biaya variabel per unit (v)
adalah Rp250,00 sedangkan harga jual per unit (P) adalah Rp500,00 Untuk
mencapai titik impas, jumlah output (permen coklat) yang harus terjual (Q*)
adalah:
Q*
= 5.000.000 / (500-250) = 20.000 biji permen.
Untuk
mencapai titik impas, permen coklat yang harus terjual 20.000 biji. Apakah
target ini terlalu berat? Sangat tergantung dari optimisme Ibu Emilia. Jika dia
bersikap pesimis, misalnya dengan mengatakan hanya sekitar 10% dari permintaan
potensial yang terjangkau, berarti setiap hari hanya dapat menjual 100 permen.
Sehingga 20.000 biji permen akan terjual dalam waktu 200 hari. Tetapi bila dia
yakin minimal 50% potensi pasar terjangkau atau 500 biji permen coklat per
hari, 20.000 biji permen akan terjual hanya dalam waktu 40 hari. Setelah 20.000
biji permen, penjualan selanjutnya memberi keuntungan Rp250,00 per biji, karena
itu makin banyak permen yang dapat dijual, makin besar laba yang diperoleh.
Pendekatan
totalitas sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari, karena memang mudah dan
sederhana. Namun cara ini memiliki beberapa kelemahan:
a) Dalam
praktik sulit membedakan antara biaya tetap dengan biaya variabel. Misalnya
listrik yang digunakan perusahaan ada yang untuk pabrik (dapat menjadi biaya
variabel); ada yang untuk kantor (dapat menjadi biaya tetap). Atau seorang
pegawai dalam perusahaan, terutama perusahaan keluarga, sering bekerja rangkap untuk
kegiatan administratif (biaya tetap) dan produksi (biaya variabel).
b)
Pendekatan ini mengabaikan gejala penurunan pertambahan hasil (LDR), yang
menyebabkan baik kurva biaya maupun kurva pendapatan tidak berbentuk garis
lurus (lihat kembali Bab 5 dan Bab 6. Karena itu pendekatan totalitas hanya
dapat dipakai bila usaha yang dianalisis relatif sederhana, dengan skala
produksi tidak besar (massal).
C.
Pendekatan Rata-rata
Dalam
pendekatan ini, perhitungan laba per unit dilakukan dengan membandingkan antara
biaya produksi rata-rata (AC) dengan harga jual output (P). Laba total adalah
laba per unit dikalikan dengan jumlah output yang terjual.
π=
(P - AC).Q ….. (7.5)
Dari
persamaan ini perusahaan akan mencapai laba bila harga jual per unit output (P)
lebih tinggi dari biaya rata-rata (AC). Perusahaan hanya mencapai angka impas
bila P sarna dengan AC.
Keputusan
untuk memproduksi atau tidak didasarkan perbandingan besamya P dengan AC. Bila
P lebih kedl atau sarna dengan AC, perusahaan tidak mau memproduksi. Implikasi
pendekatan rata-rata adalah perusahaan atau unit usaha harus menjual
sebanyak-banyaknya (maximum selling) agar laba makin besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar